Jumat, 14 Maret 2014

proposal penelitian

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenun merupakan salah satu seni budaya kain tradisional lndonesia yang diproduksi di berbagai wilayah di seluruh Nusantara seperti di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Tenun memiliki makna, nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan serta benang yang digunakan dan tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Tenun sebagai salah satu warisan budaya tinggi merupakan  kebanggaan bangsa Indonesia, dan mencerminkan jati diri bangsa. Oleh sebab itu, tenun baik dari segi teknik produksi, desain dan produk yang dihasilkan harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, serta dimasyarakatkan kembali penggunaannya.
Mungkin selama ini kita lebih mengenal batik sebagai wakil bangsa atas keelokan Indonesia dalam menciptakan kain. Padahal masih ada satu lagi kain hasil karya perajin Indonesia yang tidak kalah cantik dan menawan, yaitu tenun.
Terkait dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, hingga keberagaman motif. Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap daerah.
            Salah satu daerah yang masih melestarikan budaya sarung tenunnya yaitu di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, meskipun pengrajin sarung tenun di daerah tersebut sudah berkurang dibanding pada masa lampau karena kerajinan sarung tenun dikerjakan sebagai pekerjaan sampingan. Kerajinan ini perlu dijaga dan dilestarikan, karena juga memiliki nilai budaya yang tinggi, apabila dikelola dengan baik. Selain itu juga mengandung nilai tersendiri bagi para perajin yang membuatnya, salah satunya yaitu nilai ekonomi, karena keberadaannya ternyata memberikan nilai tambah terhadap perekonomian para perajin yang bersangkutan.
            Kerajinan sarung tenun Kajang ini dikerjakan langsung oleh tangan-tangan yang terampil, karena memiliki kesulitan tertentu dalam membuatnya. Proses pembuatan sarung tenun ini bersifat tradisional, yaitu pembuatannya masih turun temurun dari generasi terdahulu hingga generasi berikutnya sampai sekarang.
            Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis tergugah untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘’Proses Pembuatan Sarung Tenun Kajang’’.
B. Rumusan Masalah
            Permasalahan pokok penelitian ini adalah proses pembuatan sarung tenun kajang dari bahan tumbuhan tarung, secara rinci permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Alat dan bahan apa saja yang digunakan pada pembuatan sarung tenun kajang?
2.      Bagaimanakah proses pembuatan sarung tenun kajang?

C. Tujuan Penelitian
            Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang jelas mengenai proses pembuatan sarung tenun Kajang Kabupaten Bulukumba. Selain itu penelitian ini juga diharapakan dapat membantu dalam upaya pelestarian budaya Nasional pada umumnya dan budaya daerah Kabupaten Bulukumba khususnya. Secara rinci tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:
1.      Untuk memperoleh  data dan informasi mengenai alat dan bahan apa saja yang digunakan pada pembuatan sarung tenun Kajang.
2.      Untuk memperoleh data dan informasi mengenai proses pembuatan sarung  tenun Kajang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
            Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Pelestarian kerajinan tradisional.
2.      Sebagai informasi yang dapat dijadikan referensi untuk pelestarian dan pengembangan sarung tenun Kajang.
3.      Sebagai salah satu bentuk pendokumentasian karya seni budaya nusantara.
4.      Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
E. Sistematika Penulisan
            Untuk mempermudah pembaca dalam memahami dan menelusuri alur  penulisan laporan atau skripsi nantinya maka berikut ini akan disajikan rencana sistematika penulisan  terdiri atas (1) Bab 1 (pendahuluan), meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, dan sistematika penulisan. (2) Bab 2 (tinjauan pustaka dan kerangka pikir) meliputi, tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian sarung tenun,jenis-jenis sarung tenun, sarung tenun kajang, dan proses pembuatan sarung tenun, dan kerangka pikir. (3) Bab 3 (metode penelitian) meliputi, jenis penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data,dan teknik analisis data. (4) Bab 4 (hasil penelitian) meliputi, penyajian hasil penelitian dan pembahasan. (5) Bab 5 (kesimpulan dan saran).







II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
            Pada bab ini dikemukakan telah pustaka yang relevan dengan hal yang diteliti sebagai landasan teori dan kerangka pikir dalam melakukan penelitian ini. Telah pustaka yang dijelaskan disini antara lain teori-teori yang berhubungan dengan masalah proses pembuatan sarung tenun kajang.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori berupa defenisi, proses atau prinsip yang berhubungan dengan fokus penelitian.
1. Pengertian Sarung Tenun
         Dalam kamus besar bahasa Indonesia memberikan pengertian kain adalah 1) barang yang ditenun dari benang kapas, 2) barang tenunan untuk pakaian atau untuk maksud lain. Sarung adalah kain panjang yang dipertemukan kedua ujungnya, biasanya digunakan untuk kain sembahyang dan sebagainya. (Kamus Bahasa Indonesia.2012:256)
         Sedangkan menurut Ariftanto dan Sitti Annigat Maimunah (1994:187) sarung ialah penutup. Sedangkan Poerwadarminta (1982:875) memberikan batasan yang lebih jelas tentang pengertian sarung yaitu kain panjang yang tepi pangkal dan ujungnya dijahit berhubungan. Sesuai dengan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian sarung ialah kain panjang yang dijahit tepi pangkal dan ujungnya menjadi satu.
        Tenun merupakan salah satu sarana seni yang patut delestarikan. Jadi pengertian tenun adalah kegiatan menenun kain dari helaian benang pakan dan benang lungsi yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. (http://www.KainIndonesia.com,online, 28 November 2013).
         Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2010:610), tenun ialah hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutra, dsb) dengan cara memasukkan pakan secra melintang pada lungsin. Dalam pengertian lainnya dikemukakan bahwa tenun adalah menyusun benang mendatar dan membujur dalam suatu kerapatan dengan memakai corak yang bermacam-macam. Sesuai pengertian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan pengertian sarung tenun ialah benang yang tersusun datar dan membujur dalam satu kerapatan dan berbentuk kain panjang yang dijahit tepi pangkal dan ujungnya.
2. Jenis-jenis Tenunan
1. Tenun Songket
        Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Songket ditenun dengan tangan dengan menggunakan bahan benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.
        Selain itu, kata songket juga berasal dari kata songka, peci khas Palembang. Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.  Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. berapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
        Menurut tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik. Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung. (www.google/definisitenunsongket.com,online,7,feb,20014).
2. Tenun Ikat
        Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias interior rumah.
        Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna.
        Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya kain di Indonesia yang dibuat dari teknik tenun ikat ganda (dobel ikat). (www.google/definisitenunikat.com,online,7,feb,20014). 
3. Jenis-jenis Sarung Tenun
Terkait dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, hingga keberagaman motif. Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan menciptakan keunikan hasil tenun pada setiap daerah. Berikut ini disajikan beberpa contoh sarung tenun dari berbagai daerah.

a. Sarung tenun khas Bali

(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014) 
Sarung tenun Poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu di Bali. Kain ini digunakan untuk keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung), umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.
Masing-masing warna ini memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua unsur warna. Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu dari unsur putih 50% dan unsur hitam 50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada dua unsur warna yaitu hitam dan putih. Gelap-terang, kiri-kanan, laki-perempuan, baik-buruk. Kain poleng ini hanya dikenakan bagi tokoh-tokoh tertentu; seperti sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang lainnya dalam pewayangan. Tokoh-tokoh ini disimbolkan sebagai seorang yang bersifat jujur, terbuka, lugas, trasparan karena kontras hitam dan putih bermakna suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.” Sedangkan warna abu-abu mengandung makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar yang sama, walau pada permukaannya tak jelas atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mata hati kita yang tertutup penuh oleh debu keserakahan dan kepentingan ego.

b. Sarung Tenun Tradisional Samarinda  

Sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada Kelurahan Baqa dan Masjid.

(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
            Sarung Samarinda terbuat dari benang sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut “gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.

Ulos atau sering juga disebut kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera. Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain.

Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Contohnya ulos dianggap sebagai pengikat kasih sayang diantara sesama . Ulos tidak dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda tertentu. Dikalangan orang batak sering terdengar mengulosi yang artinya memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang Batak, jika (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orng perempuan mempunyai sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan kemandulan.

  
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
Warna dominan pada ulos adalah merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, dalam hal mengulosi, ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. Jadi dalam prinsip kekerabatn Batak yang disebut ‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.

d. Sarung khas Gresik

Sarung tenun tradisional khas Gresik Jawa Timur di kenal kaya motif dan corak. Dengan mempertahankan proses penenunan yang masih tradisional, sarung tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat 

 
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
            Seni kerajinan sarung tenun yang berwarna warni dan kaya akan motif ini, masih di kerjakan secara tradisional Motif dan corak khas sarung tenun Gresik adalah warnanya timbul dengan corak beragam diantaranya corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga corak laut biru dengan 3 jenis kain, yakni sutera, fiber dan sisir 70 Pembuatan sarung dengan peralatan tradisional ini menciptakan hasil yang maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun ini adalah pada kualitas benang serta nilai seni yang tetap memperlihatkan ciri khas natural berupa motif kembang dan hiasan alam lainnya.
e. Sarung Tenun Kajang
Tenun di Suku Kajang lebih dari sekadar menciptakan lembaran-lembaran kain bermotif cantik, tapi merupakan cara pembelajaran hidup yang senantiasa berdampingan dengan alam.
Proses menenun di Suku Kajang masih terbilang tradisional dengan alat tenun peninggalan nenek moyang yang terbuat dari kayu. Masyarakat Kajang biasanya menenun di siring (bagian bawah) rumah. Kendati demikian, sekarang ini mereka sudah tidak lagi menggunakan benang kapas, melainkan benang pabrikan yang diperoleh dari pasar di Kota Makassar.
Adapun hingga kini, masyarakat Kajang masih mempertahankan motif kuno warisan leluhur, yakni motif ratu puteh, ratu gahu dan ratu ejah. Motif ini hadir berupa garis geometris halus yang membelah sarung tenun secara vertikal.

Berikut ini di sajikan contoh produk sarung tenun Kajang Kabupaten Bulukumba Desa Tana toa.
(Dokumentasi foto : Isra Arhaf F. 7 Februari 2014 )
                  Sarung kajang memiliki fungsi Sosial dan Budaya karena menggambarkan kekhasan budaya setempat, Menjadi bahan seremoni (dalam upacara kebudayaan) misalnya adat kawin dan penyerahan hak. Disamping itu juga memiliki fungsi Ekonomikarena Sarung dapat diperjual belikan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Pembuatan Sarung Tenun
            Secara umum proses pembuatan sarung tenun masih bersifat tradisional dan hanya bisa dilakukan oleh tangan-tangan terampil. Adapun proses pembuatan sarung tenun secara umum dilakukan oleh perajin yaitu: Langkah awalnya yaitu penyediaan bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembuatan kain tenun. Selanjutnya, Proses pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang yang masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain 90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170). Setelah benang kering maka akan dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki.
Setelah proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Didalam proses penenunan ini benang lungsi dimasukkan kealat tenun melalui sisir tenun dan henddle utama pada rangkaian kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh benang dan benang berwarna tambahan. Alat yang digunakan untuk proses penenunan ini selain 1 (satu) set alat tenun, digunakan juga baliro yang digunakan untuk menyentak benang di lungsi dengan benang pakan. Benang pakan dimasukkan dengan menggunakan alat yang bernama peleting. Sedangkan untuk mempermudah benang pakan yang ada di peleting masuk ke lungsi teropong didorong melewati benang lungsi. Setelah benang di peleting lewat, baik benang sutera maupun benang emas ataupun benang limar, maka dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan beliro yang dibantu dengan sisir tenun. Proses penenunan dimulai dari ujung kain, dilanjutkan sesuai dengan motif kain. Setiap songket mempunyai tumpal kain. Tumpal kain biasanya diletakkan di bagian depan ketika kain dipakai.
B. Kerangka pikir
            Pada dasarnya kerajinan tangan/karya lokal bermacam-macam,dari segi nama, bentuk dan lain-lain. Namun perkembangannya sudah sangat jarang masyarakt yang menggelutinya disebabkan oleh perkembangan iptek yang cukup cepat. Inipun berdampak pada minimnya sumber daya manusia yang mampu mengembangkan karya-karya lokal tersebut. Kurangnya peminat kerajinan tersebut sehingga produk lokal juga merosot. Adapun kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini.

Proses Pembuatan Sarung Tenun Kajang
Kabupaten Bulukumba
Cara perolehan bahan baku.
                                                     
Pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Proses pembuatan sarung tenun kajang.
Pengolahan Data Dan Analisis Data
Penyajian Data
Bagan kerangka pikir.
            Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat dijelaskan bahwa komponen tersebut saling berkaitan atau berhubungan. Dalam proses pembuatan sarung tenun Kajang ini yang perlu diperhatikan yaitu mulai dari perolehan bahan baku yang yang akan digunakan, sampai pada faktor-faktor dan penghambat untuk menghasilkan suatu karya kerajinan yang baik dan bermutu.












III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
            Penelitian ini bersifat survei dan eksplorasi dimana kegiatan ini dilakukan secara langsung. penelitian yang difokuskan pada proses pembuatan sarung tenun kajang. Penelitian ini melibatkan manusia (termasuk peneliti) sebagai alat pengumpul data,  menggunakan analisis data secara induktif, menyusun teori dan dasar deskriptif, dan ada criteria khusus tentan keabsahaan data.
B. Lokasi Penelitian
            Lokasi penelitian ini di Dusun Balagana, Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba, dimana di Desa ini perajin yang menekuni pembuatan sarung tenun kajang sudah berkurang dan kerajinan ini memerlukan ketrampilan khusus dalam pembuatannya, inilah faktor yang menggugah peneliti ingin mengetahui dan terjun langsung ke Desa tersebut.
            Desa Tana Toa yang jaraknya sekitar Delapan Puluh kilo meter dari kota Bulukumba, Desa ini diketahui dipenuhi oleh hutan yang sangat dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat, akan tetapi ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan hutan tersebut sebagai tempat berkebun seingga penduduk di desa ini  mayoritas sebagai petani.
Peta Kecamatan Kajang




 (Sumber : http://www.google/petakajang.com.online,7,feb,2014)

Peta Desa Tana toa
(Sumber : http://www.google/petakajang.com,online,7,feb,2014)
C. Fokus Penelitian
            Fokus penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian lebih terarah.
            Penelitian ini berfokus pada proses pembuatan sarung tenun Kajang yang meliputi alat dan bahan yang digunakan serta langkah-langkah.
E.  Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu perlakuan yang diberikan kepadanya.
Dikalangan peneliti kualitatif, istilah responden atau subjek penelitiaan disebut dengan informan, yaitu orang yang member informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakannya. Adapun yang menjadi subjek penelitian  ini adalah warga Desa Tana toa yang masih tetap memproduksi sarung tenun Kajang, yang terletak di Desa Tana toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.

F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Teknik observasi
            Teknik observasi yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung (direct observation) terhadap usaha Puang Caberu yaitu pembuatan sarung tenun kajang. Selama pengamatan berlangsung, penulis mengamati proses pengolahan bahan dan pemilihan bahan yang berkualitas yang dapat dibuat menjadi seni kerajinan sarung tenun kajang, proses perendaman dan pengeringan, proses pembuatan sarung tenun kajang dan sarana yang diperlukan dalam proses pembuatan sarung tenun kajang. Serangkaian dengan pengamatan langsung tersebut penulis juga mengadakan partisipatif yang dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi dalam proses pengolahan bahan dan pemilihan bahan yang berkualitas yang akan digunakan dalam pembuatan sarung tenun kajang. Dalam pengamatan tersebut penulis menggunakan catatan lapangan untuk mencatat hal-hal yang dioservasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat Puang Caberu melakukan proses pembuatan sarung tenun kajang di Desa Tana toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
2. Teknik wawancara
            Teknik wawancara yang dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan Puang Caberu yang melakukan kegiatan pembuatan sarung tenun Kajang, utamanya mengenai hal-hal yang tidak sempat ditemukan penulis pada pengamatan yang dilakukan. Hal-hal yang ditanyakan dalam wawancara tersebut adalah yang menyangkut fokus penelitian seperti yang disebutkan diatas. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data yang akan memperkuat data dari observasi.
4. Teknik dokumentasi
            Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk mengambil gambar dengan cara pemotretan. Kegiatan ini dilakukan pada saat Puang Caberu sedang melakukan proses pembuatan sarung tenun Kajang di Desa Tana toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
G. Teknik Analisis Data
            Proses analisis data dimulai dengan menelah seluruh data yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dan selanjutnya data tersebut dibuat menjadi suatu rangkuman yang berisi tentang proses pembuatan sarung tenun Kajang. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansi.





2 komentar:

  1. Best 10 Casinos in Kingston, NJ - Mapyro
    › casinos › city › casinos › city 제주 출장마사지 Best 10 Casinos in Kingston, NJ · 7. Tropicana Resort 정읍 출장마사지 Atlantic City. 7. 김천 출장마사지 Atlantic City Casino. The only live casino 사천 출장안마 near Atlantic 정읍 출장마사지 City that offers live-action video poker

    BalasHapus