I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tenun
merupakan salah satu seni budaya kain tradisional lndonesia yang diproduksi di
berbagai wilayah di seluruh Nusantara seperti di Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Tenun memiliki makna,
nilai sejarah, dan teknik yang tinggi dari segi warna, motif, dan jenis bahan
serta benang yang digunakan dan tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing.
Tenun sebagai salah satu warisan budaya tinggi merupakan kebanggaan bangsa Indonesia, dan mencerminkan
jati diri bangsa. Oleh sebab itu, tenun baik dari segi teknik produksi, desain
dan produk yang dihasilkan harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya, serta
dimasyarakatkan kembali penggunaannya.
Mungkin
selama ini kita lebih mengenal batik sebagai wakil bangsa atas keelokan
Indonesia dalam menciptakan kain. Padahal masih ada satu lagi kain hasil karya
perajin Indonesia yang tidak kalah cantik dan menawan, yaitu tenun.
Terkait
dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, hingga keberagaman motif.
Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan menciptakan
keunikan hasil tenun pada setiap daerah.
Salah satu daerah yang masih
melestarikan budaya sarung tenunnya yaitu di Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba, meskipun pengrajin sarung tenun di daerah tersebut sudah berkurang
dibanding pada masa lampau karena kerajinan sarung tenun dikerjakan sebagai
pekerjaan sampingan. Kerajinan ini perlu dijaga dan dilestarikan, karena juga
memiliki nilai budaya yang tinggi, apabila dikelola dengan baik. Selain itu
juga mengandung nilai tersendiri bagi para perajin yang membuatnya, salah
satunya yaitu nilai ekonomi, karena keberadaannya ternyata memberikan nilai
tambah terhadap perekonomian para perajin yang bersangkutan.
Kerajinan sarung tenun Kajang ini dikerjakan
langsung oleh tangan-tangan yang terampil, karena memiliki kesulitan tertentu
dalam membuatnya. Proses pembuatan sarung tenun ini bersifat tradisional, yaitu
pembuatannya masih turun temurun dari generasi terdahulu hingga generasi
berikutnya sampai sekarang.
Berdasarkan kenyataan tersebut,
penulis tergugah untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘’Proses Pembuatan Sarung Tenun Kajang’’.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan
pokok penelitian ini adalah proses pembuatan sarung tenun kajang dari bahan
tumbuhan tarung, secara rinci permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Alat
dan bahan apa saja yang digunakan pada pembuatan sarung tenun kajang?
2. Bagaimanakah
proses pembuatan sarung tenun kajang?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh data dan informasi yang jelas mengenai proses pembuatan sarung
tenun Kajang Kabupaten Bulukumba. Selain itu penelitian ini juga diharapakan
dapat membantu dalam upaya pelestarian budaya Nasional pada umumnya dan budaya
daerah Kabupaten Bulukumba khususnya. Secara rinci tujuan penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut:
1. Untuk
memperoleh data dan informasi mengenai
alat dan bahan apa saja yang digunakan pada pembuatan sarung tenun Kajang.
2. Untuk
memperoleh data dan informasi mengenai proses pembuatan sarung tenun Kajang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pelestarian
kerajinan tradisional.
2. Sebagai
informasi yang dapat dijadikan referensi untuk pelestarian dan pengembangan
sarung tenun Kajang.
3. Sebagai
salah satu bentuk pendokumentasian karya seni budaya nusantara.
4. Sebagai
bahan referensi bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Seni Rupa pada Fakultas
Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar.
E. Sistematika Penulisan
Untuk
mempermudah pembaca dalam memahami dan menelusuri alur penulisan laporan atau skripsi nantinya maka
berikut ini akan disajikan rencana sistematika penulisan terdiri atas (1) Bab 1 (pendahuluan),
meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil
penelitian, dan sistematika penulisan. (2) Bab 2 (tinjauan pustaka dan kerangka
pikir) meliputi, tinjauan pustaka yang terdiri dari pengertian sarung
tenun,jenis-jenis sarung tenun, sarung tenun kajang, dan proses pembuatan
sarung tenun, dan kerangka pikir. (3) Bab 3 (metode penelitian) meliputi, jenis
penelitian, lokasi penelitian, fokus penelitian, subjek penelitian, teknik
pengumpulan data,dan teknik analisis data. (4) Bab 4 (hasil penelitian)
meliputi, penyajian hasil penelitian dan pembahasan. (5) Bab 5 (kesimpulan dan
saran).
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA
PIKIR
Pada bab ini dikemukakan telah
pustaka yang relevan dengan hal yang diteliti sebagai landasan teori dan
kerangka pikir dalam melakukan penelitian ini. Telah pustaka yang dijelaskan
disini antara lain teori-teori yang berhubungan dengan masalah proses pembuatan
sarung tenun kajang.
A. Tinjauan Pustaka
Dalam
tinjauan pustaka ini akan diuraikan tentang teori-teori berupa defenisi, proses
atau prinsip yang berhubungan dengan fokus penelitian.
1.
Pengertian Sarung Tenun
Dalam kamus besar bahasa Indonesia memberikan
pengertian kain adalah 1) barang yang ditenun dari benang kapas, 2) barang
tenunan untuk pakaian atau untuk maksud lain. Sarung adalah kain panjang yang
dipertemukan kedua ujungnya, biasanya digunakan untuk kain sembahyang dan
sebagainya. (Kamus Bahasa Indonesia.2012:256)
Sedangkan menurut Ariftanto dan Sitti
Annigat Maimunah (1994:187) sarung ialah penutup. Sedangkan Poerwadarminta
(1982:875) memberikan batasan yang lebih jelas tentang pengertian sarung yaitu
kain panjang yang tepi pangkal dan ujungnya dijahit berhubungan. Sesuai dengan
pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan pengertian sarung ialah kain
panjang yang dijahit tepi pangkal dan ujungnya menjadi satu.
Tenun merupakan salah satu sarana seni
yang patut delestarikan. Jadi pengertian tenun adalah kegiatan menenun kain
dari helaian benang pakan dan benang lungsi yang sebelumnya diikat dan
dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. (http://www.KainIndonesia.com,online,
28 November 2013).
Dalam
Kamus Bahasa Indonesia (2010:610), tenun ialah hasil kerajinan yang berupa
bahan (kain) yang dibuat dari benang (kapas, sutra, dsb) dengan cara memasukkan
pakan secra melintang pada lungsin. Dalam pengertian lainnya dikemukakan bahwa
tenun adalah menyusun benang mendatar dan membujur dalam suatu kerapatan dengan
memakai corak yang bermacam-macam. Sesuai pengertian tersebut maka penulis
dapat menyimpulkan pengertian sarung tenun ialah benang yang tersusun datar dan
membujur dalam satu kerapatan dan berbentuk kain panjang yang dijahit tepi
pangkal dan ujungnya.
2. Jenis-jenis Tenunan
1.
Tenun Songket
Songket adalah jenis kain tenunan
tradisional Melayu
di Indonesia,
Malaysia,
dan Brunei.
Songket ditenun dengan tangan dengan menggunakan bahan benang emas dan perak dan pada
umumnya dikenakan pada acara-acara resmi. Benang logam metalik yang tertenun
berlatar kain menimbulkan efek kemilau cemerlang. Kata songket berasal dari
istilah sungkit dalam bahasa Melayu
dan bahasa Indonesia, yang berarti
"mengait" atau "mencungkil". Hal ini berkaitan dengan
metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian
menyelipkan benang emas.
Selain
itu, kata songket juga berasal dari kata songka, peci khas Palembang.
Isitilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’.
Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan
atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung, disampirkan
di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Tanjak adalah semacam topi
hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai oleh sultan dan
pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.
Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara
atau gadis remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket.
berapa kain songket tradisional sumatra memiliki pola yang mengandung
makna tertentu.
Menurut
tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan
kegemilangan Sriwijaya,
kemaharajaan
niaga maritim nan makmur lagi kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di
Sumatera. Hal ini karena kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur
di Indonesia adalah kota Palembang.
Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan sejumlah emas asli untuk
dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi kain yang cantik.
Songket Palembang merupakan songket terbaik di Indonesia baik diukur dari segi
kualitasnya, yang berjuluk "Ratu Segala Kain". Songket eksklusif
memerlukan di antara satu dan tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan
songket biasa hanya memerlukan waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki
menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau ikat
kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung dengan baju kurung.
(www.google/definisitenunsongket.com,online,7,feb,20014).
2. Tenun Ikat
Tenun
ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia
berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan
atau benang lungsin
yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun
yang dipakai adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat
dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis mebel, atau penghias
interior rumah.
Sebelum
ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai
dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang
diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari
menenun benang pakan dan benang lungsin
yang keduanya sudah diberi motif melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke
dalam pewarna.
Teknik
tenun ikat terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia
yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang,
Jepara,
Bali,
Lombok,
Sumbawa,
Sumba,
Flores,
dan Timor.
Kain gringsing dari Tenganan,
Karangasem,
Bali
adalah satu-satunya kain di Indonesia yang dibuat dari teknik tenun ikat ganda
(dobel ikat). (www.google/definisitenunikat.com,online,7,feb,20014).
3. Jenis-jenis Sarung Tenun
Terkait
dengan banyaknya daerah yang menjadi produsen tenun, hingga keberagaman motif.
Adanya perbedaan latar belakang budaya dan lingkungan, akan menciptakan
keunikan hasil tenun pada setiap daerah. Berikut ini disajikan beberpa contoh
sarung tenun dari berbagai daerah.
a. Sarung tenun khas Bali
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
Sarung
tenun Poleng ( Kain Poleng ) sudah menjadi bagian dari kehidupan religius umat Hindu
di Bali. Kain ini digunakan untuk
keperluan sakral dan profan. Di pura. digunakan untuk tedung (payung),
umbul-umbul, untuk menghias palinggih, patung, dan kul-kul. Tidak hanya benda
sakral, pohon di pura pun banyak dililit kain poleng.
Masing-masing warna
ini memiliki makna filosofisnya sendiri. Rwabhineda memiliki dua
unsur warna. Hitam pekat dan putih bersih; disamping itu juga ada warna abu-abu
dari unsur putih 50% dan unsur hitam 50%. Namun pada dasarnya tetap hanya ada
dua unsur warna yaitu hitam dan putih. Gelap-terang, kiri-kanan,
laki-perempuan, baik-buruk. Kain poleng ini hanya dikenakan bagi tokoh-tokoh
tertentu; seperti sang Werkudoro/Bimasena, Anoman dan yang lainnya dalam
pewayangan. Tokoh-tokoh ini disimbolkan sebagai seorang yang bersifat jujur,
terbuka, lugas, trasparan karena kontras hitam dan
putih bermakna suatu kejelasan, kejernihan, apa adanya.”
Sedangkan warna abu-abu mengandung makna, bahwa dalam setiap kesempatan selalu
terkandung unsur baik dan buruk dalam kadar yang sama, walau pada permukaannya
tak jelas atau barangkali tak kelihatan sama sekali bagi mata hati kita yang
tertutup penuh oleh debu keserakahan dan kepentingan ego.
b. Sarung Tenun
Tradisional Samarinda
Sebagian besar penduduk Samarinda Seberang adalah
bersuku Bugis, maka kebudayaan Bugis sangat terasa kental di daerah ini. Salah
satu pengaruh Bugis yang telah dikenal luas adalah “Kerajinan Tenun Sarung
Samarinda”. Pengrajin tenun sarung Samarinda yang bersuku Bugis, tersebar pada
Kelurahan Baqa dan Masjid.
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
Sarung Samarinda terbuat dari benang
sutra yang berasal dari China yang kemudian diolah agar menjadi kuat. Benang
tersebut kemudian ditenun dengan menggunakan alat tradidional yang disebut
“gedokan” atau menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Satu buah sarung
membutuhkan pengerjaan hingga selama sekitar 3 minggu.
Ulos atau sering juga disebut
kain ulos adalah salah satu busana khas Indonesia. Ulos secara turun temurun dikembangkan oleh masyarakat Batak, Sumatera.
Dari bahasa asalnya, ulos berarti kain.
Pada mulanya fungsi Ulos adalah
untuk menghangatkan badan, tetapi kini Ulos memiliki fungsi simbolik untuk
hal-hal lain dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Contohnya ulos dianggap
sebagai pengikat kasih sayang diantara sesama . Ulos tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri,
artinya mempunyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan hal atau benda
tertentu. Dikalangan orang batak sering terdengar mengulosi yang artinya
memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. Dalam kepercayaan orang-orang
Batak, jika (tondi) pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa keras
mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepahlawanan, dan orng perempuan mempunyai
sifat-sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan kemandulan.
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
Warna dominan pada ulos adalah
merah, hitam, dan putih yang dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau
perak. Mulanya ulos dikenakan di dalam bentuk selendang atau sarung saja, kerap
digunakan pada perhelatan resmi atau upacara adat Batak, dalam hal mengulosi,
ada aturan yang harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh mengulosi mereka
yang menurut kerabatan berada dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi
anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. Jadi dalam prinsip
kekerabatn Batak yang disebut ‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur
hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru sama sekali tidak dibenarkan
mengulosi hula-hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi tidak boleh sembarangan, baik dalam macam maupun cara membuatnya.
d. Sarung khas Gresik
Sarung tenun tradisional khas Gresik Jawa Timur di kenal kaya motif dan
corak. Dengan mempertahankan proses penenunan yang masih tradisional, sarung
tenun tersebut memiliki tempat tersendiri di kalangan masyarakat
(http://google/JenisSarungTenunKhasIndonesia.com,online,7,feb,2014)
Seni
kerajinan sarung tenun yang berwarna warni dan kaya akan motif ini, masih di
kerjakan secara tradisional Motif dan corak
khas sarung tenun Gresik adalah warnanya timbul dengan corak beragam
diantaranya corak kembang, garis-garis, gunungan, hingga corak laut biru dengan
3 jenis kain, yakni sutera, fiber dan sisir 70 Pembuatan sarung dengan peralatan tradisional ini
menciptakan hasil yang maksimal. Keistimewaan dari sarung tenun ini adalah pada
kualitas benang serta nilai seni yang tetap memperlihatkan ciri khas natural
berupa motif kembang dan hiasan alam lainnya.
e.
Sarung Tenun Kajang
Tenun di Suku Kajang lebih dari
sekadar menciptakan lembaran-lembaran kain bermotif cantik, tapi merupakan cara
pembelajaran hidup yang senantiasa berdampingan dengan alam.
Proses menenun di Suku Kajang masih
terbilang tradisional dengan alat tenun peninggalan nenek moyang yang terbuat
dari kayu. Masyarakat Kajang biasanya menenun di siring (bagian bawah) rumah.
Kendati demikian, sekarang ini mereka sudah tidak lagi menggunakan benang
kapas, melainkan benang pabrikan yang diperoleh dari pasar di Kota Makassar.
Adapun hingga kini, masyarakat
Kajang masih mempertahankan motif kuno warisan leluhur, yakni motif ratu puteh,
ratu gahu dan ratu ejah. Motif ini hadir berupa garis geometris halus yang
membelah sarung tenun secara vertikal.
Berikut ini di sajikan contoh produk
sarung tenun Kajang Kabupaten Bulukumba Desa Tana toa.
(Dokumentasi foto : Isra Arhaf F. 7 Februari 2014 )
Sarung kajang memiliki fungsi Sosial
dan Budaya karena menggambarkan kekhasan budaya setempat, Menjadi bahan
seremoni (dalam upacara kebudayaan) misalnya adat kawin dan penyerahan hak.
Disamping itu juga memiliki fungsi Ekonomikarena Sarung dapat diperjual belikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup.
4. Pembuatan Sarung Tenun
Secara
umum proses pembuatan sarung tenun masih bersifat tradisional dan hanya bisa
dilakukan oleh tangan-tangan terampil. Adapun proses pembuatan sarung tenun
secara umum dilakukan oleh perajin yaitu: Langkah awalnya yaitu penyediaan
bahan dan alat yang diperlukan dalam proses pembuatan kain tenun. Selanjutnya, Proses
pembuatan melalui beberapa tahapan, pertama yaitu pencelupan, Benang yang masih
putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur dengan bambu
panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran lebar kain
90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170). Setelah
benang kering maka akan dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan
lidi sesuai dengan motif yang dikehendaki.
Setelah
proses pencukitan selesai maka akan dilakukan proses penenunan yang memerlukan
waktu mulai 2 hingga 3 bulan. Didalam proses penenunan ini benang lungsi
dimasukkan kealat tenun melalui sisir tenun dan henddle utama pada rangkaian
kain yang membentuk pola simetris dan diisi oleh benang dan benang berwarna
tambahan. Alat yang digunakan untuk proses penenunan ini selain 1 (satu) set
alat tenun, digunakan juga baliro yang digunakan untuk menyentak benang di
lungsi dengan benang pakan. Benang pakan dimasukkan dengan menggunakan alat
yang bernama peleting. Sedangkan untuk mempermudah benang pakan yang ada di
peleting masuk ke lungsi teropong didorong melewati benang lungsi. Setelah
benang di peleting lewat, baik benang sutera maupun benang emas ataupun benang
limar, maka dilakukan penenunan dengan menyentak benang dengan beliro yang
dibantu dengan sisir tenun. Proses penenunan dimulai dari ujung kain,
dilanjutkan sesuai dengan motif kain. Setiap songket mempunyai tumpal kain.
Tumpal kain biasanya diletakkan di bagian depan ketika kain dipakai.
B. Kerangka pikir
Pada dasarnya kerajinan tangan/karya
lokal bermacam-macam,dari segi nama, bentuk dan lain-lain. Namun
perkembangannya sudah sangat jarang masyarakt yang menggelutinya disebabkan
oleh perkembangan iptek yang cukup cepat. Inipun berdampak pada minimnya sumber
daya manusia yang mampu mengembangkan karya-karya lokal tersebut. Kurangnya
peminat kerajinan tersebut sehingga produk lokal juga merosot. Adapun kerangka
pikir penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut ini.
Proses Pembuatan Sarung Tenun Kajang
|
Cara perolehan
bahan baku.
|
Pengumpulan
data melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
|
Proses pembuatan
sarung tenun kajang.
|
Pengolahan
Data Dan Analisis Data
|
Penyajian Data
|
Bagan kerangka pikir.
Berdasarkan kerangka pikir diatas,
maka dapat dijelaskan bahwa komponen tersebut saling berkaitan atau
berhubungan. Dalam proses pembuatan sarung tenun Kajang ini yang perlu
diperhatikan yaitu mulai dari perolehan bahan baku yang yang akan digunakan,
sampai pada faktor-faktor dan penghambat untuk menghasilkan suatu karya
kerajinan yang baik dan bermutu.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat survei dan
eksplorasi dimana kegiatan ini dilakukan secara langsung. penelitian yang
difokuskan pada proses pembuatan sarung tenun kajang. Penelitian ini melibatkan
manusia (termasuk peneliti) sebagai alat pengumpul data, menggunakan analisis data secara induktif,
menyusun teori dan dasar deskriptif, dan ada criteria khusus tentan keabsahaan
data.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian ini di Dusun Balagana, Desa Tana Toa Kecamatan Kajang Kabupaten
Bulukumba, dimana di Desa ini perajin yang menekuni pembuatan sarung tenun
kajang sudah berkurang dan kerajinan ini memerlukan ketrampilan khusus dalam
pembuatannya, inilah faktor yang menggugah peneliti ingin mengetahui dan terjun
langsung ke Desa tersebut.
Desa Tana Toa yang jaraknya sekitar
Delapan Puluh kilo meter dari kota Bulukumba, Desa ini diketahui dipenuhi oleh
hutan yang sangat dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat, akan tetapi
ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan hutan tersebut sebagai tempat
berkebun seingga penduduk di desa ini mayoritas sebagai petani.
(Sumber : http://www.google/petakajang.com.online,7,feb,2014)
Peta
Desa Tana toa
(Sumber
: http://www.google/petakajang.com,online,7,feb,2014)
C. Fokus Penelitian
Fokus
penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari penelitian yang
dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit untuk memudahkan
peneliti sebelum melakukan observasi. Fokus penelitian merupakan garis besar
dari pengamatan penelitian, sehingga observasi dan analisa hasil penelitian
lebih terarah.
Penelitian
ini berfokus pada proses pembuatan sarung tenun Kajang yang meliputi alat dan
bahan yang digunakan serta langkah-langkah.
E. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah individu,
benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam
pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut subjek
penelitian adalah responden, yaitu orang yang memberi respon atas suatu
perlakuan yang diberikan kepadanya.
Dikalangan peneliti kualitatif, istilah responden atau
subjek penelitiaan disebut dengan informan, yaitu orang yang member informasi
tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakannya. Adapun
yang menjadi subjek penelitian ini
adalah warga Desa Tana toa yang masih tetap memproduksi sarung tenun Kajang,
yang terletak di Desa Tana toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
F.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Teknik observasi
Teknik observasi yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan langsung (direct
observation) terhadap usaha Puang Caberu yaitu pembuatan sarung tenun
kajang. Selama pengamatan berlangsung, penulis mengamati proses pengolahan
bahan dan pemilihan bahan yang berkualitas yang dapat dibuat menjadi seni
kerajinan sarung tenun kajang, proses perendaman dan pengeringan, proses
pembuatan sarung tenun kajang dan sarana yang diperlukan dalam proses pembuatan
sarung tenun kajang. Serangkaian dengan pengamatan langsung tersebut penulis
juga mengadakan partisipatif yang dilakukan dengan cara ikut berpartisipasi
dalam proses pengolahan bahan dan pemilihan bahan yang berkualitas yang akan
digunakan dalam pembuatan sarung tenun kajang. Dalam pengamatan tersebut
penulis menggunakan catatan lapangan untuk mencatat hal-hal yang dioservasi.
Kegiatan ini dilakukan pada saat Puang Caberu melakukan proses pembuatan sarung
tenun kajang di Desa Tana toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
2.
Teknik wawancara
Teknik wawancara yang dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan Puang Caberu yang
melakukan kegiatan pembuatan sarung tenun Kajang, utamanya mengenai hal-hal
yang tidak sempat ditemukan penulis pada pengamatan yang dilakukan. Hal-hal yang
ditanyakan dalam wawancara tersebut adalah yang menyangkut fokus penelitian
seperti yang disebutkan diatas. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh data
yang akan memperkuat data dari observasi.
4.
Teknik dokumentasi
Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti
untuk mengambil gambar dengan cara pemotretan. Kegiatan ini dilakukan pada saat
Puang Caberu sedang melakukan proses pembuatan sarung tenun Kajang di Desa Tana
toa Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba.
G. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan
menelah seluruh data yang berasal dari observasi, wawancara dan dokumentasi.
Langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dan selanjutnya data tersebut
dibuat menjadi suatu rangkuman yang berisi tentang proses pembuatan sarung
tenun Kajang. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substansi.